09 Oktober 2008

Sahabat...

Ombak berkejaran di kejauhan
Riang, tanpa beban
Gemuruhnya penuhi syaraf pendengaranku
Begitu riuh saingi gemuruh hatiku
Tapi...
Dia tak bisa rasakan kebahagiaan itu
Karna ia bukan manusia
Aku seorang manusia
Bisa merasakan
Kebahagiaan atau kesedihan
Aku seorang manusia
Bisa merasakan
Indahnya persaudaraan
Sahabat...
Di manapun Kau
Kau tak pernah sendiri
Aku slalu ada saat kau butuh
Sebisaku...
Tapi...
Ada yang akan slalu ada
Allah slalu bersama kita...

Aku mencintaimu karena-Nya

Harapanku, padamu...

Semoga diiklhaskan sobat, semoga kita juga dimudahkan. Sungguh, aku tidak bisa berbuat banyak untukmu. Aku tidak bisa berbuat banyak, aku juga bingung harus membantumu dalam hal apa, kau juga tidak pernah cerita banyak padaku. Padahal, sungguh aku begitu sangat menharapkan kau bisa terbuka padaku. Berharap agar kau nyaman disini, tapi rupanya tidak cukup buatmu. Tidak cukup buatku juga untuk kau mempercayaiku. Entah sampai kapan, kau akan mulai percaya padaku, dan Percaya pada temen2 kita. Aku merasa kau adalah orang yang pengecut. Yang lari ketika tahu kondisi kita memang tidak ideal bahkan jauh dari sempurna. Aku merasa kau begitu pengecut untuk seorang ketua. Entahlah, sebenernya aku ingin menegurmu. Tapi, pasti kau akan kabur. Pasti kau akan kabur karena merasa keberatan, dan terbebani. Apa arti amanah buatmu sobat? Dakwah ini, apa artinya buatmu? Kau sering menasehatiku ttg urgensi amal jamai, urgensi keaktifan kita di tim, dll. Tapi apa sobat, yang kudapatkan darimu adalah penurunan. Penurunan, baik kualitas maupun yang lainnya.

Bukannya aku protes padamu, hanya ingin meluruskanmu saja. Meski aku yakin, kepahamanmu ttg apapun jauh melebihi kepahamanku. Sobat, aku hanya ingin kau kembali, kembali ceria seperti dulu ketika aku belum mengenalmu, belum tahu siapa kau.

Aku harus menyikapimu seperti apa? Seperti apa?

Satu sisi aku ingin menjadi sosok diriku, yang selalu ceria dengan siapapun. Tapi, denganmu aku tak bisa, kau begitu dewasa, kau begitu sempurna, sungguh... hingga aku tidak bisa berkutik di depanmu. Bahkan bersikap menjadi sosok uni yang bawel dan cerewet juga tidak ada ketika aku bertemu dan ngobrol denganmu. Aku bisa ngobrol dengan siapapun, selama apapun, tentang appapun. Dan aku juga bisa nyaman dengan mereka. Tapi dengan mu? Denganmu aku harus tampil normal, denganmu aku tidak bisa bicara keras seperti diriku sesungguhnya. Tapi, aku tahu, itu dulu. Sekarang aku sudah bisa terbuka, dan sudah bisa ngobrol normal. Hehe... melupakan bebanku yang harus perfeck jika ngobrol denganmu. Mungkin semua orang akan merasakan yang sama kali ya...

Ya ya ya... kau perfeck meski banyak yang kulihat kekuranganmu. Tapi ku anggap tidak ada, karena aku sudah merasakan ukhuwah denganmu. Sobat, tersenyumlah, kali ini saja. Untukku, untukku...

Hidup itu seperti toko buku, yang dimana didalamnya ada bacaan ringan dan ada bacaan berat. Tapi sayangnya, kebanyakan orang hanya mencari bacaan ringan ringan saja, meski yang paling baik untuknya adalah bacaan berat itu.karena didalamnya, terdapat banyak petunjuk, banyak nasehat...

Terus, apa?

Aku, Kamu, Kita

Aku tahu kita ada karena apa,
Aku juga tahu, kita sekarang bersama juga karena apa,
Aku tahu, kenapa kita ditakdirkan bersama,
Kau tahu tidak, sobat?

Hmm, bertemu denganmu adalah hadiahku
Berteman denganmu adalah Impianku
Mengenalmu adalah harapanku
Dan hidup bersamamu adalah keinginan terbesar yang harus dikabulkan

Sobat, aku mencintaimu, karenaNya