28 April 2009

Sahabat

Sobat...
Duduklah, nikmatilah setiap hembus tali nafas perjuangan ini.
Rasakanlah setiap langkahnya, mengayun kebersamaan.
Dengarlah degup tapaknya, menyayat hati.
Sobat...
Kereta dakwah itu kian mendekat. Sambutlah ia, sobat
Jadilah penumpang pilihannya. Pemegang tongkat kebangkitan
Sobat...
Detik ini...
Tiada lama lagi..

Penuh Makna

Kemarin aku melihatmu sendiri, termenung duduk menerawang diangkasa yang penuh awan putih menggumpal. Kau tidak bicara sedikitpun, bahkan menoleh untuk memastikan keberadaanku yang sekarang ada disampingmu juga tidak. Kau hanya terdiam, kemudian menutup matamu perlahan, aku hanya bisa menatapmu sobat. Penuh tanda tanya, akankah Dika yang dulu akan hadir lagi disini, kembali menjadi sosok penuh inspirasi. Menjadi wujud yang tatapan dan tingkah lakunya penuh makna.
Jujur saja, diriku merindukan sosokmu yang dulu. Menikmatimu dalam keadaan merindu Kekasih. Membayangkan seandainya kita bersama akan menatap diriNya.
Tapi, ada yang berbeda denganmu sobat, tertutupnya matamu tidak lagi diakhiri dengan senyuman. Bahkan, ada hal lain, ada benda lain, yang menghiasi wajahmu. Dika, kau baik2 saja kan? Butiran bening itu perlahan menghiasi pipimu. Berlomba untuk segera menuruni tebing pipi yang terbentuk oleh rahang yang kokoh. Kuhitung berapa lamanya waktu kau seperti itu. Langit Gadjah Mada begitu cerah sobat, makanya kita disini. Berputar bersama, melakukan kegiatan di pagi ini dengan senyuman yang inah penuh makna, tapi kenapa? Butiran bening itu berkumpul di tengah pipimu, karena dirimu masih tetap menengadah menutup mata ke angkasa biru sana.
Aku berusaha untuk tetap diam. Aku juga perlahan menengok langit biru itu, mencoba untuk melakukan apa yang kau lakukan. Mencoba untuk merasakan apa yang kau rasakan. Mencoba untuk menjadi dirimu saat ini. Dalam kesunyian gedung Sabha Pramana ini, perlahan aku mendengar kau mengucapkan sesuatu. “Nay, aku percaya kalau aku bisa melupakannya, aku pasti bisa menjadi sosok pribadi yang jauh lebih baik dari hari ini. Dari bulan ini, dari detik ini. Aku percaya aku sanggup. Aku bisa, aku bisa... Jazakillah ukhti...” katanya sambil menyeka butiran bening tersebut. Aku hanya ikut tersenyum, sambil mencoba mengikuti alur berfikirmu untuk menyelesaikan masalahmu itu. OK!! Sekarang sepertinya sudah selesai.
Sipp!! Alhamdulillah....

Luruskan Niat...

“Sesungguhnya diterimanya amal dan perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dna sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya akan diterima sebagai hijrah karena Allah dan RasulNya. Barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapatkan apa yang ia tuju (HR Bukhari Muslim)
Sebuah keniscayaan, kalau niat itu adalah induk dari diterimanya sebuah amal. Dia adalah penentu, apakah amal seseorang itu akan diterima atau tidak. Apakah tujuannya baik atau buruk, berbalas surga ataukah neraka. Karena, niat merupakan pengarah amal kita, dialah yang menentukan bentuknya sebuah amal, bobot sebuah amal, dan jenis sebuah amal. Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya. Dan amal itu sendiri mengikuti niatnya. Amal akan benar jika niatnya benar, dan amal akan rusak jika niatnya rusak. Oleh karena itu wahai saudariku, sering-seringlah meluruskan niat kita. kalaulah bengkok diawal, bisa kita benahi di tengah, atau di akhir. Yang pasti, kita harus senantiasa meluruskannya.
Pastikan, apapun yang antum lakukan berdasarkan niat yang sudah terpatri di hati ini, bukan karena ikut-ikutan teman, ataupun bukan juga karena merasa tidak enak dengan orang lain. Tapi harus berdasarkan niat. Ketika kita akan melaksanakan sesuatu yang sederhana misalkan, tetapi ketika kita meniatkan itu adalah untuk ibadah, Insya Allah itu akan menjadi suatu nilai lebih, yang tentunya hanya Allah yang akan membalasnya.
Pastikan juga, niatkan diri kita dengan hal-hal yang baik. Jangan sekali-kali meniatkan diri kita untuk berbuat jahat yang merugikan diri dan orang lain. Kenapa? Selain kita dapat pahala dari Allah, itu pun akan memupuk rasa husnudzhon kita terhadap saudara, rasa kasih kita terhadap Allah dan sesama manusia, dan rasa tenang yang berefek dalam diri ini. Kita akan diberi pahala ketika kita meniatkan diawal untuk melakukan hal yang baik, dan ketika kita melaksanakannya, Allah akan melipat gandakan hal itu. Tetapi, ketika kita mempunyai niat untuk berbuat jahat, Allah belum mencatat dosa dari niat jahatnya tersebut. Para malaikatpun bahkan berdoa memohon kepada Allah agar kita menggugurkan niat jelek kita itu. Subhanallah, Allah memang begitu sayang dengan kita.
Yakinkan diri kita berniat baik, dan semua itu hanya mengharap ridhoNya, bukan yang lain. OK? Sip.. semangat ya, luruskan niat...